Jangan Buru-buru Ajarkan Calistung Pada Anak - Calistung atau kepanjangan dari baca tulis dan hitung dalam Pendidikan Indonesia sering dijadikan patokan kepandaian atau kepintaran anak. Ketika semakin kecil anak pintar dalam calistung maka orang tua pun juga semakin bangga. Setali tiga uang dengan lembaga pendidikan pun juga berlomba-lomba memberikan materi calistung se dini mungkin kepada anak. Bukan hanya satu dua lembaga pendidikan yang mengajarkan calistung pada anak, namun hampir semua lembaga pendidikan usia dini mengajarkannya. Sehingga ketika ada sekolah usia dini yang tidak mengajarkan calistung kepada anak didik nya sekan menjadi sekolah yang tertinggal serta muridnya kelihatan kurang pintar di mata masyarakat. [baca : PR Matematika 4x6, Menkominfo : 6 x 4 Sama dengan enambelas]
![]() |
infoguruterbaru |
Orang tua sebaiknya jangan buru-buru mengajarkan baca tulis dan hitung (calistung) pada anak usia di bawah umur lima tahun (balita). Jika dipaksakan anak akan terkena 'mental hectic'. Memberikan pelajaran calistung pada anak dapat menghambat pertumbuhan kecerdasan mental, anak bisa menjadi pemberontak. Nah, penyakit ini biasanya akan muncul atau kelihatan pada saat anak kelas 2 atau 3. Nah ketika anak pada usia tersebut akan sangat sulit untu menerima nasehat ataupun arahan baik oleh Guru maupun oleh orang tua. Karena mental pemberontak mereka muncul yang terbentuk sejak dari usia dini.
Nah, sebagai orang tua sebaiknya juga mengetahui PAUD atau pun sekolah yang baik pada anak nya. Sekolah PAUD yang sudah mengajarkan calistung dan membebani dengan beban akademik pada siswa nya bukanlah sekolah yang ideal bagi anak-anak. Sekolah PAUD yang bagus justru sekolah yang memberikan kesempatan pada anak untuk bermain, tanpa membebaninya dengan beban akademik, termasuk calistung. Sementara itu, sekolah PAUD juga diminta kembalikan pada fitrahnya, tidak sembarangan memberikan pelajaran calistung. Berdasarkan Konvensi Hak Anak, setiap anak memiliki empat hak dasar. Salah satunya adalah hak untuk mendapatkan perlindungan dalam kerugian dari barang dan produk, termasuk produk pendidikan.
Mengubah sebuah produk pendidikan harus menggunakan metode khusus. Tidak hanya berwujud arahan dan larangan, namun dengan cara yang menyenangkan, salah satunya dengan festival mewarnai sebagai salah satu teknik untuk memberikan edukasi.
Semoga bisa menjadi bahan renungan bagi semua praktisi pendidikan. Baik mulai dari guru ataupun para stake holder dunia pendidikan di Indonesia untuk segera merubah paradigma berfikir pada pendidikan di Indonesia. Sekian infoguruterbaru yang bisa kami sampaikan untuk Anda semua. Semoga bermanfaat.
0 komentar:
Posting Komentar